Puisi Terpisah Karya W.S. Rendra

Berikut ini adalah puisi berjudul “Terpisah” yang dibuat oleh W.S. Rendra.

“Terpisah”
(Karya W.S. Rendra)

Racun lagu duka merambat di kelengangan malam kota.
Lampu jalanan dipingsankan hujan.
Berbaringan rumah-rumah wajahmu di temboknya.
Kesepian seperti sepatu besi.
Menekur semua menekur dikhianati bulan.

Engkau bulan lelap tidur di hatiku.
Oleh sepi diriku dirampas jalan raya.
Semua didindingi kelam dan kedinginan.
Maut atau ribamu di ujung jalan itu.
Digenangi air adalah racun duka adalah wajahmu.

Related posts of "Puisi Terpisah Karya W.S. Rendra"

Puisi Manusia Lupa Karya Anonim

Berikut ini adalah puisi berjudul "Manusia Lupa" yang dibuat oleh Anonim. "Manusia Lupa" (Karya Anonim) Kadang keberuntungan ada di tangan kita Kita perlu merenung, meskipun beruntung Hingga di ujung jalan, Kenapa cinta membuat kita menjadi munafik Hidup penuh pura-pura Hingga kita lenyap Bersama sinar matahari Dan kita lupa Bersama dunia fana Lupa memori kecil Yang...

Puisi Always Love You Karya Rayhandi

Berikut ini adalah puisi berjudul "Always Love You" yang dibuat oleh Rayhandi. "Always Love You" (Karya Rayhandi) I love you today I love you tomorrow I love you forever All of my life i love you All of my breath i love you All of my soul i love you I always love you Always...

Puisi Padanya Ingin Kukatakan Jancok! Karya Poet

Berikut ini adalah puisi berjudul "Padanya Ingin Kukatakan Jancok!" yang dibuat oleh Poet. "Padanya Ingin Kukatakan Jancok!" (Karya Poet) Jancok! Kelu bibir ini menghujat. Lelah, bosan, capek berkata kotor. Terkadang beristighfar. Khilaf, Tuhan! kataku. Ampun! Namun masih ku ulangi lagi, Jancok! Jancok! Dan… Jancok! Tuhan, Jancok ini bukan makian. Bukan pula hujatan pada takdirMu. Jancok...

Puisi Liesel dan Sebuah Buku Karya Ama Achmad

Berikut ini adalah puisi berjudul "Liesel dan Sebuah Buku" yang dibuat oleh Ama Achmad. "Liesel dan Sebuah Buku" (Karya Ama Achmad) Kau mengemas tahun-tahun ke dalam catatan-catatan rapuh yang sembunyi. Tapi seringkali rahasia adalah dingin lantai bawah tanah yang gelap. Orang-orang membakar kata-kata, tapi di dinding rumahmu alfabet-alfabet acak seperti hujan yang tak menyakiti, serupa...