Puisi Sekarang Bahwa Aku Merasa Tua Karya Darmanto Jatman

Berikut ini adalah puisi berjudul “Sekarang Bahwa Aku Merasa Tua” yang dibuat oleh Darmanto Jatman.

“Sekarang Bahwa Aku Merasa Tua”
(Karya Darmanto Jatman)

Know the limitation
Suffered thou not!

Sekarang bahwa aku merasa tua
Memandang pohon-pohon berdaunan
Kenapa aku mesti bertanya:
Sudahkah tiba saatnya
Belalang menetas dari telurnya
Kupu terbang meninggalkan kepompongnya?
Memandang kupu beterbangan
Belalang berloncatan
Kenapa mesti aku bertanya:
Bukankah akan tiba saatnya
Belalang terbang
Kupu berloncatan?!

Sekarang bahwa aku merasa tua
Nyinyir aku bertanya-tanya
Kenapa anak-anakku mesti menjadi tua
Dan suatu hari juga nyinyir bertanya-tanya:
Kramaleya jadi admiral
Kenapa bukan Blakasuta
— Kromo belang hidungnya
Waktu kecil ditanduk domba
— Bloko minggat waktu kecilnya
Ngomong benci sama bapaknya
— Leyo nggembala di gunung kapur
— Suto nanem padi di sawah lumpur

Ah. Ah. Ah
Sekarang bahwa aku merasa tua
Tak bisa lagi kubayangkan tingkah si Blakaleya
Pergi ke kota
Sekolah Belanda
Nghamili Bawuk
Tapi nikahi Pinten
Hmm
Sekarang bahwa aku merasa tua
Bukankah tak layak aku bertanya-tanya?!
Tapi nalar bedebah ini
Borok bagi baksil-baksil busuk
Bisakah ia berkawan dengan api
Yang membakar padi dan domba?
— Tentu saja kita tak bisa hindari mati, katamu
Tapi bukankah ada cara mati yang mulia? katamu pula

Sekarang bahwa aku merasa tua
Gemetar tanganku nyentuh bibirmu
Istri yang tua
Bijak dan setia
Taka ada lagi asmara untuk kita bagi berdua
Hanya tinggal angan-angan
Menetes pada kedua telapak tangan kita.

Ah. Ah. Ah
Sekarang bahwa aku merasa tua
Aku tahu ada limit waktu bagi kita
Ada batas kalori jatah kita
Yang habis kita bakar sia-sia
Waktu kau purik
Dan aku berjina

Sebab bukankah bunga-bunga tulip yang mekar di luar
Tak bermaksud menyuramkan hyacinth yang kupelihara di kamar?
— Tapi kenapa mesti tanganku gemetar
Ngusap wajahku yang makin tua
Yang sungguh mati bukan urusanku?!

Dan sekarang bahwa aku merasa tua
Kenapa terus juga aku nyinyir bertanya-tanya
Sementara jawabnya dulu telah lama kauberikan
Waktu kau bersimpuh di kakiku
Yang lumpuh oleh beribu perkara
— Ya. Ya. Kita pernah muda.

Ah. Ah. Ah
Sekarang bahwa aku merasa tua
Tertatih –tatih aku
Bahkan tak bisa menyuapkan nasi ke mulutku
Baru aku tahu
Bahwa aku hanya telah hidup karena kebaikanmu!
Karena tubuhmu, sawah yang siap dicangkul
Dan bukan karena lengan-lenganku yang perkasa
Karena hatimu, buah yang siap dipetik
Dan bukan karena nalarku yang cerdik

Dan aku

Sang admiral

Karmaleya

Bersimpuh di kakimu

Blakasuta

Istriku.

Related posts of "Puisi Sekarang Bahwa Aku Merasa Tua Karya Darmanto Jatman"

Puisi Dalam Sabar Karya Cak Son

Berikut ini adalah puisi berjudul "Dalam Sabar" yang dibuat oleh Cak Son. "Dalam Sabar" (Karya Cak Son) Dalam sabar, Ada kepedihan dan keperihan yang disembunyikan. Ada pahit, harus ditelan perlahan. Ada gejolak yang diredamkan. Ada ego yang diturunkan. Ada amarah yang tertahan. Dalam sabar, Ada penantian yang kadang terasa berkepanjangan. Ada pendirian yang harus selalu...

Puisi Sama Halnya Denganmu Karya Panji Ramdana

Berikut ini adalah puisi berjudul "Sama Halnya Denganmu" yang dibuat oleh Panji Ramdana. "Sama Halnya Denganmu" (Karya Panji Ramdana) Bulan itu satu. Sama halnya denganmu. Bulan itu datang dalam malam. Sama halnya denganmu. Hanya saja bulan dalam nyata, kau dalam mimpi. Dan bulan hilang ketika ku terbangun. Sama halnya denganmu. Namun aku tetap bahagia. Bahagia...

Puisi Aku Bicara Perihal Cinta Karya Kahlil Gibran

Berikut ini adalah puisi berjudul "Aku Bicara Perihal Cinta" yang dibuat oleh Kahlil Gibran. "Aku Bicara Perihal Cinta" (Karya Kahlil Gibran) Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia, Walau jalannya sukar dan curam. Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya. Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu. Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya....

Puisi Januari Karya Banhanaa Chubbiey

Berikut ini adalah puisi berjudul "Januari" yang dibuat oleh Banhanaa Chubbiey. "Januari" (Karya Banhanaa Chubbiey) Kau tahu, Tuhan tak menciptakan jarak hanya saja kita yang tak saling bertemu. Kau tahu, Tuhan tak menciptakan penghalang hanya saja kita yang tak saling menyapa Dan Kau tahu, Tuhan tak membenci keputusasaan hanya saja aku yang lelah untuk berharap...