Puisi Sabtu, Awal Oktober Karya Frid Embu

Berikut ini adalah puisi berjudul “Sabtu, Awal Oktober” yang dibuat oleh Frid Embu.

“Sabtu, Awal Oktober”
(Karya Frid Embu)

(I)
Pagi hari
Oktober baru mulai
Wajah ramah di halaman
Seperti bukan kau
Bukan kita lagi
Udara mati
Dingin mati
Aku sadar, segelas kopi nyatanya tak menyelamatkan apapun
Pagi hari
Mestikah kita ribut di halaman
Tentang wajah, bukan kita, dan kegagalan segelas kopi
Hanya karena Oktober baru mulai?

(II)
12:00
Aku coba menarik kembali tubuhmu
Membersihkan lebam bekas tinju di dahi
Menjauh dari kota
Dari asap dan ketakutan
Cerita
Hikayat kakek kubaca ulang
Sekedar mengajak kau tenggelam sekali lagi
Beberapa kali lagi
Kau bilang, kita selalu tak berdaya di laut pekat kenangan
Konon, tak ada yang mampu mengalahkannya
Siapapun!
Kau bilang, aku seharusnya jadi malam
Selalu berhasil meneguhkan kembali wajahnya
Tak peduli berapa lampu yang menampar

(III)
Apa yang terjadi setelah senja?
Aku tak tahu

Mungkin gadis Magdala yang bertobat
Mungkin kita meributkan jembatan yang runtuh kemarin malam, dekat pasar
Mungkin kita mulai menyiapkan gigi, lidah, dan nyanyian baru
Untuk menipu Tuhan lagi di esok hari
Mungkin tak terjadi apa-apa
Hanya merah gaunmu
Turun merayap sepanjang trotoar
Menutup lampu jalan
Biar gelap
Biar kacau
Biar asam
Seperti sajak basi yang jatuh dari matamu

Apa yang terjadi sesudah senja
Kita hanya bisa menunggu
Selain itu hanya berita duka di radio
Dan huru-hara di jalan

(IV)
Malam kembali
Seperti biasa kita tak belajar apa-apa
Dan
Tuhan entah kenapa
Kita tempatkan di sudut sempit
Yang belum sempat diisi lemari, kasur, dan bualan

Malam berulang
Wajahmu belum ku
Mataku tak kau
Kenangan dan petuah kita masukan kembali ke dalam kotak

Sabtu malam sesudah oktober
Mungkin sebaiknya tak ada lagi gelas kopi esok pagi
Bila wajah kita tak rela melepas pekat
Bila enggan belajar menyentuh sekali lagi
Dan terus melipat dalam gelap

– 2016 –

Related posts of "Puisi Sabtu, Awal Oktober Karya Frid Embu"

Puisi Di Gerbang Itu Karya Adri Sandra

Berikut ini adalah puisi berjudul "Di Gerbang Itu" yang dibuat oleh Adri Sandra. "Di Gerbang Itu" (Karya Adri Sandra) terlampau penuh kepercayaan dalam kebodohan, buih yang membatu tempat keinginan dan harapan bersila, melihat deras sungai dan bayang-bayang menggelembung di arus tanpa ujung “seperti itukah satu pikiran, yang menjinakkan berjuta jiwa pada akhirnya, kita terpaut pada...

Puisi Nyanyian Kota Peradaban Karya Ahmadun Yosi Herfanda

Berikut ini adalah puisi berjudul "Nyanyian Kota Peradaban" yang dibuat oleh Ahmadun Yosi Herfanda. "Nyanyian Kota Peradaban" (Karya Ahmadun Yosi Herfanda) - jakarta di kota peradaban orang-orang mencari Tuhan di bar-bar dan bursa-bursa perempuan, bank-bank dan perkantoran. politikus pun mengaum: di mana Tuhan di mana? birokrat menjawab sambil menguap: di sini Tuhan di sini. ketika...

Puisi Perjalanan Maha Jauh Karya Yudo Herbeno

Berikut ini adalah puisi berjudul "Perjalanan Maha Jauh" yang dibuat oleh Yudo Herbeno. "Perjalanan Maha Jauh" (Karya Yudo Herbeno) aku pernah menimba air di gurun pasir kudapat segumpal cahaya bulan aku pernah menjala ikan di samudera luas kudapat sebutir bintang jatuh aku pernah memetik bunga di semak liar kudapat sekoyak rindu yang berbisa wahai nasib...

Puisi Untuk Guruku Karya Rayhandi

Berikut ini adalah puisi berjudul "Untuk Guruku" yang dibuat oleh Rayhandi. "Untuk Guruku" (Karya Rayhandi) Untuk guruku tercinta Sebentar lagi kami akan hilang dari hadapan kalian Wajah-wajah kalian akan sirna dari hadapan kami Hanya menunggu waktu dan semuanya terwujud Untuk guruku tercinta Kami akan sangat merindukan kalian Saat-saat bersama kalian akan selalu kurindukan Tidak ingin...