Puisi Perempuan Juli Berparas Puisi Karya Zindagi

Berikut ini adalah puisi berjudul “Perempuan Juli Berparas Puisi” yang dibuat oleh Zindagi.

“Perempuan Juli Berparas Puisi”
(Karya Zindagi)

Hari ini, juli, tujuh belas tahun silam, telah lahir seorang anak perempuan dari rahim kasih sayang, rahim seorang Ibu yang melahirkan penuh pesakitan, bersimbah darah, peluh, dan pekikan; serta tarikan napas yang tersengal, hanya untuk persalinan sang anak tersayang. Maka, dengan seizin Tuhan lahirlah ia di sertai tangisan, suka cita membahana, dan doa-doa telah menemui takdirnya. Hari itu juga rasa syukur dipanjatkan, seolah semesta ikut mengaminkan.

Waktu melesat begitu cepat, tak terperikan jika mata harus melihat, maka coba saja kau pejamkan mata, seperti seolah-olah kau tak sanggup membayangkannya, dan kau cukup mengamini saja apa yang sedang berdendang sahaja. Lalu ketika takdir mengasingkanmu ke sebuah dimensi yang tak kau kenali, dan kau seperti seolah memasuki panggung pertunjukkan, dengan tidak sekedar menontonnya kau telah mengambil keputusan tepat. Ya, kau ikut memainkannya, masalah sepenuh hati atau tidak itu hanya kau yang tahu, yang jelas pertunjukan itu sedang berlangsung, seorang dalang mengendalikan, kau di buatnya menari-nari seribu kali lebih sepi dari sepi itu sendiri. Dan kau bertanya, apa itu sepi? Puisi? Api? Matahari? Pelangi? Elegi? Dan terkadang kau tergugu sendiri sembari memeluk air mata seraya melayangkan luka ke angkasa. Lalu kau berdoa seolah-olah mencengkram cakrawala, dan Tuhan mendengar, kau nanar, mengais serpihan diri diantara jejak-jejak kaki sepi, lalu diam lagi, menyayat nadi sunyi dan menghantam tembok mimpi.

Perjalanan demi perjalanan telah kau tempuhi
Beraneka cuaca dan suasana menjadi warna
Dan semua itu menjadi saksi
Atas sebuah perjuangan hakiki

Belumlah waktunya mengukir kata usai
Perjalanan masihlah sangat panjang dan jauh dari kata selesai
Bisa jadi juga sangat pendek
Tapi semua tergantung diri sendiri
Sejauh mana kau mengenali diri

Pagi ini kutemui kau di bulan juli
Lewat sebuah puisi di ambang pagi
Yang ku selesaikan di penghujung pagi
Sebelum matahari membakar diri
Sebelum embun menguap lagi
Sebelum kabut mengasingkan ingatan ini

Selamat ulang tahun, Li;
Perempuan juli, berparas puisi
Terimalah puisi ini dengan senang hati
Assalamualaikum juli
Waalaikumsalam puisi
Tersenyumlah Li, perempuan juli berparas puisi

– Tanjung Pinang, 16 Juli 2014 –

Sumber: Blogger 2014.

Related posts of "Puisi Perempuan Juli Berparas Puisi Karya Zindagi"

Puisi Tangis Ibu Karya Anonim

Berikut ini adalah puisi berjudul "Tangis Ibu" yang dibuat oleh Anonim. "Tangis Ibu" (Karya Anonim) Dalam senyummu, ada letihmu Siang dan malam menyergapmu Tak sedetik kau berhenti Agar ada cahaya untukku, anakmu Terkadang hinaan menemanimu Yang tak peduli dengan hatimu Masih saja kau berjalan ke depan Mencari pintu untukku, anakmu Bukan berlian yang kau minta...

Puisi Salam Panjang Umur Karya Rosione

Berikut ini adalah puisi berjudul "Salam Panjang Umur" yang dibuat oleh Rosione. "Salam Panjang Umur" (Karya Rosione) Persembahan kali ini adalah cinta Yang menuntun bara perjalanan Ketika burung-burung siap berangkat Menuju bukit-bukit Diiringi gelimang gerimis dan derai hutan pinus Uda, ada yang tertinggal di saat menapak episode baru Makna suatu perjalanan lewat Kemilau embun berbisik...

Puisi If Karya Rudyard Kipling

Berikut ini adalah puisi berjudul "If" yang dibuat oleh Rudyard Kipling. "If" (Karya Rudyard Kipling) If you can keep your head when all about you Are losing theirs and blaming it on you; If you can trust yourself when all men doubt you, But make allowance for their doubting too: If you can wait and...

Puisi Di Tangan Anak-Anak Karya Sapardi Djoko Damono

Berikut ini adalah puisi berjudul "Di Tangan Anak-Anak" yang dibuat oleh Sapardi Djoko Damono. "Di Tangan Anak-Anak" (Karya Sapardi Djoko Damono) Di tangan anak-anak, kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk pada gelombang, menjelma burung yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan; di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci. "Tuan, jangan kauganggu permainanku ini."