Berikut ini adalah puisi berjudul “Obat Nyamuk Bakar” yang dibuat oleh Fitrah Anugerah.
“Obat Nyamuk Bakar” (Karya Fitrah Anugerah)
Tarian asap sengak di udara pengap. Berkali-kali terbatuk-batuk
Menyadari kemiskinan. Mengakui mimpi masih panjang tergelar
Sepanjang malam membentukan umpatan kosong dan melayang tepuk
Sigap memburu setitik darah yang hilang. Raga kecil itu akan hancur
Menyisakan percik merah kering. Tetapi kejengkelan ini belum tamat
Sejumlah tanda kematian menghiasi dinding. Bagai kengerian membawa
Lebam benturan. Ranjang ini menjadi saksi berjatuhan mayat-mayat
Sekarat yang tak sempat menembus pekat mimpi. Hanya memberikan nyawa
Perlahan bara memagut separuh putaran. Asap kian mengepul, menyisakan debu
Putih pucat. Apa yang telah disingkap dari sebuah perjalanan? Sedang angin berderu
Menelusup di antara lobang. Diam-diam membawa kerentaan jauh tak terjangkau
Ini hidung kembang kempis merasakan. Dada yang sesak ajaib seketika mengatur laju
Mendenguskan nafas panjang. Kita membutuhkan kenyamanan tanpa perlu cemburu
Pada tetangga yang menanam lavender di halaman rumah. Mungkin bersabar menunggu
Bebunyian nyaring di telinga. Entah kenapa telinga menjadi tempat ternyaman bersembunyi
Dari asap pembakaran barangkali ada hantu bersemayam yang suka mengambil setiap mimpi
– Bekasi, 2016 –
Sumber: Galeri Buku Jakarta, 31 Oktober 2016.
Related posts of "Puisi Obat Nyamuk Bakar Karya Fitrah Anugerah"
Berikut ini adalah puisi berjudul "Mikropon yang Pecah" yang dibuat oleh Afrizal Malna. "Mikropon yang Pecah" (Karya Afrizal Malna) Mereka pernah keluar dari kota kecil itu, sebuah pengeras suara dengan pendengar yang sunyi. Setelah itu mereka tak pernah kembali lagi. Kota kecil itu kini jadi kata tanpa penghuni. Hujan dan malam sering mengunjunginya, dengan baris-baris...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta" yang dibuat oleh W.S. Rendra. "Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta" (Karya W.S. Rendra) Pelacur-pelacur Kota Jakarta Dari kelas tinggi dan kelas rendah Telah diganyang Telah haru-biru Mereka kecut Keder Terhina dan tersipu-sipu Sesalkan mana yang mesti kausesalkan Tapi jangan kau lewat putus asa Dan kaurelakan dirimu dibikin...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Kemudian Senyap, Kemudian Gelap" yang dibuat oleh Linus Suryadi A.G. "Kemudian Senyap, Kemudian Gelap" (Karya Linus Suryadi A.G.) Kemudian senyap, kemudian gelap engkau berjalan demikian tegap Jika hari, engkau tahu, berayun dalam lena kabut-kabut terbantun Jatuh di tanah-tanah yang anggun jatuh kita yang sangsi: Kenapa di sini Kenapa engkau dan...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Perahu Kertas" yang dibuat oleh Sapardi Djoko Damono. "Perahu Kertas" (Karya Sapardi Djoko Damono) Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang, dan perahumu bergoyang menuju lautan. "Ia akan singgah di bandar-bandar besar," kata seorang lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan...