Puisi Merangkai Masa Depan Karya Annisa Nur Fitriyani

Berikut ini adalah puisi berjudul “Merangkai Masa Depan” yang dibuat oleh Annisa Nur Fitriyani.

“Merangkai Masa Depan”
(Karya Annisa Nur Fitriyani)

Sulit sekali merangkai asa yang telah mati
Berserak karena hati yang tersakiti
Tak henti seruan ini walau kadang melirih

Ku tunggu kau di pelabuhan
Memerciki ombak lautan
Kala harapanku terombang-ambing

Bak karang impian yang melapuk
Telah kulewati ribuan hari
Tahun-tahun melawanku memunculkan masa baru

Terkadang buatku jemu
Akan urusan masa lalu
Yang bahkan belum usai

Hingga laut telah menyurut
Pulau jelas nampak
Musim telah berganti

Namun ku masih belum bisa menatapmu
Ingin ku genggam erat tanganmu
Tuk rangkai masa depan di masa yang baru

Related posts of "Puisi Merangkai Masa Depan Karya Annisa Nur Fitriyani"

Puisi Diponegoro Karya Chairil Anwar

Berikut ini adalah puisi berjudul "Diponegoro" yang dibuat oleh Chairil Anwar. "Diponegoro" (Karya Chairil Anwar) Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati

Puisi Sungai Moskwa Karya W.S. Rendra

Berikut ini adalah puisi berjudul "Sungai Moskwa" yang dibuat oleh W.S. Rendra. "Sungai Moskwa" (Karya W.S. Rendra) Di hari Minggu Valya tertawa dan rambutnya yang pirang terberai. Di atas biduk yang kecil merah kami tempuh air melewatkan jam-jam yang kosong. Berpuluh pohonan tumbuh di dua tepi sungai bagai jumlahnya dosa kami. Semua daun berubah warna....

Puisi February 14th Karya Pencil Spirit

Berikut ini adalah puisi berjudul "February 14th" yang dibuat oleh Pencil Spirit. "February 14th" (Karya Pencil Spirit) February 14th is a two side coin, Reminder to love one another, On the other side is a tragedy, The reflection of the Roman dark history.

Puisi Situasi Karya Chairil Anwar

Berikut ini adalah puisi berjudul "Situasi" yang dibuat oleh Chairil Anwar. "Situasi" (Karya Chairil Anwar) Tidak perempuan! yang hidup dalam diri masih lincah mengelak dari pelukanmu gemas gelap, bersikeras mencari kehijauan laut lain, dan berada lagi di kapal dulu bertemu, berlepas kemudi pada angin, mata terpikat pada bintang yang menanti. sesuatu yang mengepak kembali menandungkan...