Berikut ini adalah puisi berjudul “Kisah Yang Hampir Sempurna” yang dibuat oleh
Andira Wu.
“Kisah Yang Hampir Sempurna” (Karya
Andira Wu)
Dengan sebutan apa aku harus menyebutmu?
Aku tidak bisa menyebutmu sebagai mantan.
Karena untuk menjadi seorang mantan, harus ada hubungan yang berakhir.
Sedangkan kita tidak pernah memulai ataupun mengakhiri suatu hubungan.
Aku juga tidak bisa menyebutmu sebagai teman, karena aku sadar bahwa perlakuan seorang teman seharusnya tidak seperti apa yang kamu lakukan kepadaku.
Hubungan yang ada di antara kita itu lebih dari hubungan pertemanan.
Tetapi kurang dari hubungan kekasih.
Apakah ada sebutan untuk itu?
Bisakah aku mengatakan bahwa dulu pernah ada “kita”, walaupun tidak pernah ada hubungan apa-apa antara kamu dan aku?
Apakah aku bisa menyebut apa yang aku rasakan kepadamu sebagai cinta?
Cinta yang hampir terbalaskan olehmu?
Apakah cinta yang hampir terbalaskan bisa dikategorikan sebagai cinta?
Bolehkah aku mengatakan bahwa aku telah kehilanganmu, meskipun tidak pernah sekalipun kugenggam tanganmu?
Apakah aku juga boleh mengatakan kalau aku telah ditinggalkanmu, walaupun aku tidak pernah memilikimu seutuhnya?
Aku memang tidak pernah memilikimu.
Namun, hilangnya dirimu dari hari-hariku, telah membuat luka besar yang menganga di dalam hatiku.
Bukankah seharusnya aku baik-baik saja kehilangan seseorang yang bukan milikku?
Berikut ini adalah puisi berjudul "February 14th" yang dibuat oleh Pencil Spirit. "February 14th" (Karya Pencil Spirit) February 14th is a two side coin, Reminder to love one another, On the other side is a tragedy, The reflection of the Roman dark history.
Berikut ini adalah puisi berjudul "The Charge of The Light Brigade" yang dibuat oleh Lord Alfred Tennyson. "The Charge of The Light Brigade" (Karya Lord Alfred Tennyson) Half a league, half a league, Half a league onward, All in the valley of Death Rode the six hundred. "Forward the Light Brigade! Charge for the guns!"...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Kisah Senja" yang dibuat oleh Joko Pinurbo. "Kisah Senja" (Karya Joko Pinurbo) Telah sekian lama mengembara, lelaki itu akhirnya pulang ke rumah. Ia membuka pintu, melemparkan ransel, jaket, sepatu. “Aku mau kopi,” katanya sambil dilepasnya pakaian kotor yang kecut baunya. Istrinya masih asyik di depan cermin, menghabiskan bedak dan lipstik,...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Mei (Jakarta, 1998)" yang dibuat oleh Joko Pinurbo. "Mei (Jakarta, 1998)" (Karya Joko Pinurbo) :Jakarta, 1998 Tubuhmu yang cantik, Mei telah kaupersembahkan kepada api. Kau pamit mandi sore itu. Kau mandi api. Api sangat mencintaimu, Mei. Api mengecup tubuhmu sampai lekuk-lekuk tersembunyi. Api sangat mencintai tubuhmu sampai dilumatnya yang cuma...