Puisi Garis Waktu Karya Fiersa Besari

Berikut ini adalah puisi berjudul “Garis Waktu” yang dibuat oleh Fiersa Besari.

“Garis Waktu”
(Karya Fiersa Besari)

“Seseorang yang tepat tak selalu datang tepat waktu. Kadang ia datang setelah kau lelah disakiti oleh seseorang yang tidak tahu cara menghargaimu.”

“Jatuh hati tidak pernah bisa memilih. Tuhan yang memilihkan. Kita hanyalah korban. Kecewa adalah konsekuensi, bahagia adalah bonus.”

“Lagi-lagi imajinasi menertawakanku karena selalu berhasil menemuimu. Sementara realitas? Dalam realitas kita berdua hanyalah dua orang yang berlari. Aku sibuk mengejarmu, kau sibuk menghindariku. Oh, tenang. Aku tidak lelah. Justru, aku menikmati prosesnya.”

“Pertama kau kenal orangnya, lalu kau kenal sahabatnya, lalu kau kenal keluarganya, lalu kau menjadi bagian dari hidupnya, indah…”

“Tak perlu menyeragamkan diri dengan kebanyakan orang. Tak perlu kekinian (karena yang kekinian akan alay pada waktunya). Tak perlu repot-repot menyamakan diri dengan orang lain. Kau diciptakan untuk menjadi unik. Sudah terlalu banyak orang yang sama seperti kebanyakan orang.”

“Lambat laun kusadari, beberapa rindu memang harus sembunyi-sembunyi. Bukan untuk disampaikan, hanya untuk dikirimkan lewat doa. Beberapa rasa memang harus dibiarkan menjadi rahasia. Bukan untuk diutarakan, hanya untuk disyukuri keberadaannya.”

“Biarlah “Apa kabar?” menjadi pengganti “Aku rindu”; “Jaga dirimu baik-baik” menjadi pengganti “Aku sayang kamu”; Tangannya menjadi pengganti tanganku untuk menuntumu. Pundaknya menjadi pengganti pundakku untukmu bersandar. Biarlah gemercik gerimis, carik senja, secangkir teh, dan bait lagu menjadi penggantimu.”

“Aku tidak mahir mengejar, tapi aku tahu cara menunggumu. Aku tidak mahir berkata-kata, tapi aku tahu cara mendoakanmu. Aku tidak mahir memberi saran, tapi aku tahu cara mendengarkanmu. Aku tidak mahir melawak, tapi aku tahu cara membuatmu bahagia. Aku tidak mahir memimpin, tapi aku tahu cara menuntunmu. Aku tidak mahir untuk rela mati, tapi aku tahu cara hidup denganmu. Aku tidak tahu di mana ujung perjalanan ini, aku tidak bisa menjanjikan apapun. Tapi, selama aku mampu, mimpi-mimpi kita adalah prioritas.”

Sumber: Buku “Garis Waktu” Karya Fiersa Besari.

Related posts of "Puisi Garis Waktu Karya Fiersa Besari"

Puisi Minggu Pagi di Pantai Karya Rayhandi

Berikut ini adalah puisi berjudul "Minggu Pagi di Pantai" yang dibuat oleh Rayhandi. "Minggu Pagi di Pantai" (Karya Rayhandi) Minggu pagi di pantai Sekarang di sini kakiku menapak Menikmati hari minggu yang tenang Bermain dengan laut yang indah Aku kagum akan laut Tentang ombak yang setia ada Tentang sejuk yang menyapa Semua tentang laut aku...

Puisi Di Bawah Bulan Karya W.S. Rendra

Berikut ini adalah puisi berjudul "Di Bawah Bulan" yang dibuat oleh W.S. Rendra. "Di Bawah Bulan" (Karya W.S. Rendra) Ketika sebuah suara memanggil namanya ia hentikan langkahnya. Rumpun pohonan remang-remang mahkota cahaya di pucuk daunnya. Ia tak lihat orangnya tapi suara dikenalnya. Ketika bulan menjenguknya tampak pipinya bagai kelopak angsoka kerna darah naik ke muka...

Puisi Ruang Karya Rizaldi Noverisman

Berikut ini adalah puisi berjudul "Ruang" yang dibuat oleh Rizaldi Noverisman. "Ruang" (Karya Rizaldi Noverisman) Seseorang pernah membobol lalu menguncinya dari dalam: daun pintu dan mata jendela tubuhku. Meskipun sebetulnya kutahu, di suatu tempat, ada bagian yang seolah-olah ia coba curi dariku. Sejumlah barang yang tinggal, masing-masing memiliki rahasia dan cita-citanya sendiri. Namun satu yang...

Puisi Lagu Serdadu Karya W.S. Rendra

Berikut ini adalah puisi berjudul "Lagu Serdadu" yang dibuat oleh W.S. Rendra. "Lagu Serdadu" (Karya W.S. Rendra) Kami masuk serdadu dan dapat senapang ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang. Yoho, darah kami campur arak! Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak! Nenek cerita pulau-pulau kita indah sekali. Wahai, tanah yang baik untuk mati! Dan...