Puisi Di Peron Stasiun Karya Dwi Ariantoni

Berikut ini adalah puisi berjudul “Di Peron Stasiun” yang dibuat oleh Dwi Ariantoni.

“Di Peron Stasiun”
(Karya Dwi Ariantoni)

di peron stasiun aku mengumpulkan seluruh ketakutan
yang kudengar dari cerita-cerita kepergian,
sore membisikkan dirinya
pada langit jika ia mau pergi.
Peron ini ialah pemakaman,
diziarahi orang-orang
yang tak pernah ikhlas dijemput perpisahan.
Kereta melintas lambat seperti kata-kata orang yang akan
mati di dalam adegan film.
Setelahnya puisi-puisi terekam pada bola mata para
penumpang yang sedang menunggu kereta.

– 2018 –

Sumber: Pada Spion Kujatuh Cinta (Kelas Puisi, 2018).

Related posts of "Puisi Di Peron Stasiun Karya Dwi Ariantoni"

Puisi Mesin Ketik Karya Sufren

Berikut ini adalah puisi berjudul "Mesin Ketik" yang dibuat oleh Sufren. "Mesin Ketik" (Karya Sufren) Hidup bagaikan mengetik dengan mesin ketik Tidak berhenti mengetik meski sudah titik

Puisi Awas Mata-Mata Musuh Karya St. P. Bustami

Berikut ini adalah puisi berjudul "Awas Mata-Mata Musuh" yang dibuat oleh St. P. Bustami. "Awas Mata-Mata Musuh" (St. P. Bustami) Awaskan wahai, mata-mata musuh, Mereka bertaji, lagi bersusuh, Taji dan susuh mengandung ipuh, Maksudnya selalu hendak menempuh. Mata-mata musuh selalu tajam, Sifat dan tabiat terlalu kejam, Senantiasa ia hendak menikam, Kita terlengah lalu diterkam. Mata-mata...

Puisi Di Tangan Anak-Anak Karya Sapardi Djoko Damono

Berikut ini adalah puisi berjudul "Di Tangan Anak-Anak" yang dibuat oleh Sapardi Djoko Damono. "Di Tangan Anak-Anak" (Karya Sapardi Djoko Damono) Di tangan anak-anak, kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk pada gelombang, menjelma burung yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan; di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci. "Tuan, jangan kauganggu permainanku ini."

Puisi Suatu Hari di Kota Ngawi Karya Rudy Yuswantoro

Berikut ini adalah puisi berjudul "Suatu Hari di Kota Ngawi" yang dibuat oleh Rudy Yuswantoro. "Suatu Hari di Kota Ngawi" (Karya Rudy Yuswantoro) Adalah aku diam di sudut kota Menatap satu persatu yang berlalu Antara pagi dan secangkir kopi Sendiri menanti datangnya Alun-alun Ngawi Kenang kembali berpijar Setelah sekian lama terpendam Tak terhitung (entah) berapa...