Puisi Di Meja Itu Karya Goenawan Mohamad

Berikut ini adalah puisi berjudul “Di Meja Itu” yang dibuat oleh Goenawan Mohamad.

“Di Meja Itu”
(Karya Goenawan Mohamad)

Jangan-jangan hijau teh telah meyakinkan aku: aku melihatmu
di sebuah adegan remeh
di kafe kosong itu.

Rambutmu hitam terlepas,
dan karet gelang itu kaupasangkan
untuk kacamataku.
Dan aku pun baca huruf itu,

“Lihat, hari bisa juga jadi.
di kota yang mustahil ini.”
Mungkin aku telah lama menunggumu
dan tak percaya diri.

Karena pada tiap jeda hujan,
ketika kamar dan kakilangit segaris,
yang mencinta bersembunyi
dan Maut seperti Saat: tak pernah ingin kembali.

Related posts of "Puisi Di Meja Itu Karya Goenawan Mohamad"

Puisi Undangan Dari Gerimis Karya Norman Adi Satria

Berikut ini adalah puisi berjudul "Undangan Dari Gerimis" yang dibuat oleh Norman Adi Satria. "Undangan Dari Gerimis" (Karya Norman Adi Satria) Datang sebuah surat magrib tadi Tertera di muka: untuk penyair dari gerimis Mungkin surat ini datang agak terlambat Si pengantar tadi meminta maaf Kuseruput teh yang masih mengepul di pinggir kasur berebut hangat dengan...

Puisi Aku Pulang Malam Ini Karya Beni Satryo

Berikut ini adalah puisi berjudul "Aku Pulang Malam Ini" yang dibuat oleh Beni Satryo. "Aku Pulang Malam Ini" (Karya Beni Satryo) Bus-bus yang kosong. Angin menembus bangku-bangku. Ku ingat lagi tubuh- tubuh yang pernah duduk di sini. Tersusun paralel menjadi sinyal wifi. Sumber: Indoprogress, 13 Juni 2015.

Puisi Angin 1 Karya Sapardi Djoko Damono

Berikut ini adalah puisi berjudul "Angin 1" yang dibuat oleh Sapardi Djoko Damono. "Angin 1" (Karya Sapardi Djoko Damono) Angin yang diciptakan untuk senantiasa bergerak dari sudut ke sudut dunia ini pernah pada suatu hari berhenti ketika mendengar suara nabi kita Adam menyapa istrinya untuk pertama kali, “hei siapa ini yang mendadak di depanku?” Angin...

Puisi Musim Hujan Karya Rayhandi

Berikut ini adalah puisi berjudul "Musim Hujan" yang dibuat oleh Rayhandi. "Musim Hujan" (Karya Rayhandi) Di sini hujan kasih Berbalut selimut menghangat raga Dingin terasa hingga sampai ke tangan Merambah mencari celah Hujan kali ini begitu berbeda Berbeda karena di ujung malam Sepi mencekam bosan Bermain kantuk membutakan mata Aku masih di sini Masih menjadi...