Berikut ini adalah puisi berjudul “Di Halaman Belakang Puisi Ini” yang dibuat oleh
Aan Mansyur.
“Di Halaman Belakang Puisi Ini” (Karya
Aan Mansyur)
Puisi adalah pesta. Seperti ulang tahun atau pernikahan, tetapi benci perayaan. Ada beranda di halaman belakang buat setiap tamu yang datang. Aku biarkan orang-orang berbincang dan bersulang dengan diri sendiri.
Aku mungkin tidak berada di sana — aku sedang duduk menemani diriku di taman kota atau perpustakaan atau terjebak pesta berbeda dalam puisi yang belum dituliskan.
Aku mengundang kau juga. Datanglah. Masuklah. Tak ada kamera tersembunyi yang mengawasimu seperti di tiap sudut kota. Di puisiku hanya akan kau temukan tubuhmu jatuh ke lengan seseorang. Dia menciummu hingga kau lupa kau pernah merasa ditinggalkan.
Kau boleh membayangkan dia adalah aku atau siapa pun yang kau inginkan.
Sumber: Buku Puisi “Tidak Ada New York Hari Ini”.
Related posts of "Puisi Di Halaman Belakang Puisi Ini Karya Aan Mansyur"
Berikut ini adalah puisi berjudul "Cinta" yang dibuat oleh Kahlil Gibran. "Cinta" (Karya Kahlil Gibran) Mereka berkata tentang serigala dan tikus Minum di sungai yang sama Di mana singa melepas dahaga Mereka berkata tentang helang dan hering Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama Dan berdamai – di antara satu sama lain, Dalam kehadiran bangkai...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta" yang dibuat oleh W.S. Rendra. "Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta" (Karya W.S. Rendra) Pelacur-pelacur Kota Jakarta Dari kelas tinggi dan kelas rendah Telah diganyang Telah haru-biru Mereka kecut Keder Terhina dan tersipu-sipu Sesalkan mana yang mesti kausesalkan Tapi jangan kau lewat putus asa Dan kaurelakan dirimu dibikin...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Catatan Seorang Demonstran" yang dibuat oleh Soe Hok Gie. "Catatan Seorang Demonstran" (Karya Soe Hok Gie) ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di miraza tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu atau tentang...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Ibuku Dehulu" yang dibuat oleh Amir Hamzah. "Ibuku Dehulu" (Karya Amir Hamzah) Ibuku dehulu marah padaku diam ia tiada berkata akupun lalu merajuk pilu tiada peduli apa terjadi matanya terus mengawas daku walaupun bibirnya tiada bergerak mukanya masam menahan sedan hatinya pedih kerana lakuku Terus aku berkesal hati menurutkan setan,...