Berikut ini adalah puisi berjudul “Cinta Terakhir” yang dibuat oleh Rayhandi.
“Cinta Terakhir” (Karya Rayhandi)
Kau adalah selaksa sinar yang merayap ranting-ranting kering
Hangatmu membuat tubuhku nyaman serasa dipeluk semesta
Kau bagaikan kata pada setiap puisi yang kubuat
Kau pencuri di hatiku.
Ada banyak cinta di dunia
Dan kau adalah cahaya terindah yang pernah menyinari hatiku
Kau juga air mata terpedih yang pernah kurasa
Terutama semenjak kau pergi terhembus angin kuasa.
Setiap hari kujalani dengan sepi dan duka
Tiada cahaya yang bisa kulihat selain hitam
Kau ada di setiap bulir air mata yang jatuh
Terisak sesah hingga tiada udara bisa kuraih.
Aku ingin tersenyum lagi seperti dulu
Seperti saat kau jatuh cinta padaku hanya dengan melihat senyumku
Namun, aku terlalu naif, aku adalah bayang-bayang paling semu
Kehilanganmu adalah kelemahanku terbesar.
Kekasihku yang kucinta
Maafkan aku yang tak berdaya ini
Maafkan kelemahan ini
Aku adalah seorang hamba yang telah kehilangan cinta.
Related posts of "Puisi Cinta Terakhir Karya Rayhandi"
Berikut ini adalah puisi berjudul "Penyair" yang dibuat oleh Widji Thukul. "Penyair" (Karya Widji Thukul) jika tak ada mesin ketik aku akan menulis dengan tangan jika tak ada tinta hitam aku akan menulis dengan arang jika tak ada kertas aku akan menulis pada dinding jika aku menulis dilarang aku akan menulis dengan tetes darah! -...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Kerentaan Waktu" yang dibuat oleh Adimas Imannuel. "Kerentaan Waktu" (Karya Adimas Imannuel) Dalam sakit dan sembuhku terselip bayang pucat wajah dan gemetar biru bibirmu, ia membawa kabut ingatan masuk dan luruh ke seluruh tubuh. Sebab cinta seperti serbuk obat yang hampir kadaluwarsa dan menggerus kesadaran kita hingga berlupa menghitung kini....
Berikut ini adalah puisi berjudul "Matahari-Matahari!" yang dibuat oleh Mochtar Lubis. "Matahari-Matahari!" (Karya Mochtar Lubis) Engkau yang tiap hari menyinari bumi kami.. dan mengatur siang dan malam kami.. Engkau bersinar pada saat ini.. Ketika kami berkumpul mencari.. Apa yang harus kami lakukan.. untuk masa kini dan masa depan.. bangsa Indonesia, anak-anak kami.. anak-anak cucu kami...
Berikut ini adalah puisi berjudul "Hangatnya Pelukan Malam" yang dibuat oleh Gus Noy. "Hangatnya Pelukan Malam" (Karya Gus Noy) Biarpun di sini tiada Kahlil Gibran Kehangatan tetap berkibaran Malam paham bagaimana memberi pelukan Jahe dan kopi sekadar lagu oplosan Sate usus dan kikil hanya penari sorak Aku dan kamu bersila memeluk meja Menghapus senjang senyap...