Puisi Bulan di Atas Kota Kecilku Yang Ditinggalkan Zaman Karya Andrea Hirata

Berikut ini adalah puisi berjudul “Bulan di Atas Kota Kecilku Yang Ditinggalkan Zaman” yang dibuat oleh Andrea Hirata.

“Bulan di Atas Kota Kecilku Yang Ditinggalkan Zaman”
(Karya Andrea Hirata)

Orang-asing
Orang asing
Seseorang yang asing
Berdiri di dalam cermin
Tak kupercaya aku pada pandanganku
Begitu banyak cinta telah mengambil dariku

Aku kesepian
Aku kesepian di keramaian
Mengeluarkanmu dari ingatan
Bak menceraikan angin dari awan

Takut
Takut
Aku sangat takut
Kehilangan seseorang yang tak pernah kumiliki
Gila, gila rasanya
Gila karena cemburu buta
Yang tersisa hanya kenangan
Saat kau meninggalkanku sendirian
Di bawah rembulan yang menyinari kota kecilku
yang ditinggalkan zaman
Sejauh yang dapat kukenang
Cinta tak pernah lagi datang

Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman
Bulan di atas kota kecilku yang ditinggalkan zaman

Sumber: Novel Padang Bulan.

Related posts of "Puisi Bulan di Atas Kota Kecilku Yang Ditinggalkan Zaman Karya Andrea Hirata"

Puisi Musim Hujan Karya Rayhandi

Berikut ini adalah puisi berjudul "Musim Hujan" yang dibuat oleh Rayhandi. "Musim Hujan" (Karya Rayhandi) Di sini hujan kasih Berbalut selimut menghangat raga Dingin terasa hingga sampai ke tangan Merambah mencari celah Hujan kali ini begitu berbeda Berbeda karena di ujung malam Sepi mencekam bosan Bermain kantuk membutakan mata Aku masih di sini Masih menjadi...

Puisi Bulan Agustus Sudah Tiba Karya Widji Thukul

Berikut ini adalah puisi berjudul "Bulan Agustus Sudah Tiba" yang dibuat oleh Widji Thukul. "Bulan Agustus Sudah Tiba" (Karya Widji Thukul) Bulan agustus sudah tiba penduduk ramai-ramai pasang bendera tapi aku hanya lihat yang di seberang rumah saja kuintip dari lubang kunci sebab aku dikejar-kejar penguasa Sudah puluhan hari aku tak melihat angkasa kehidupan di...

Puisi Di Dalam Kepalaku Karya Beni Satryo

Berikut ini adalah puisi berjudul "Di Dalam Kepalaku" yang dibuat oleh Beni Satryo. "Di Dalam Kepalaku" (Karya Beni Satryo) Sungai-sungai menggenang. Menggigil. Memeluk luka- luka yang hidup. Berdenyut dan menggetarkan. Pinggiran wajan. Sumber: Indoprogress, 13 Juni 2015.

Puisi Sjahrir, Di Sebuah Sel Karya Goenawan Mohamad

Berikut ini adalah puisi berjudul "Sjahrir, Di Sebuah Sel" yang dibuat oleh Goenawan Mohamad. "Sjahrir, Di Sebuah Sel" (Karya Goenawan Mohamad) — untuk Rudolf Mrazek Dari jendela selnya, (kita bayangkan ini Jakarta, Februari 1965, dan ruang itu lembab, dan jendela itu rabun), ia merasa siluet pohon mengubah diri jadi Des, anak yang berjalan dari selat...