Berikut ini adalah arti dari peribahasa “Cium tapak tangan, berbaukah atau tidak?”.
Artinya:
Lihatlah diri sendiri terlebih dahulu sebelum mencela orang lain.
Demikian arti dari peribahasa “Cium tapak tangan, berbaukah atau tidak?”. Semoga bermanfaat.
Related posts of "Peribahasa Cium Tapak Tangan, Berbaukah atau Tidak?"
Berikut ini adalah arti dari peribahasa “Celaka tiga belas”. Artinya:Sangat malang/ sial. Demikian arti dari peribahasa "Celaka tiga belas". Semoga bermanfaat.
Berikut ini adalah arti dari peribahasa “Badan boleh dimiliki hati jangan”. Artinya:Ungkapan bahwa orang tersebut sudah memiliki kekasih, hatinya sudah ada yang memiliki. Demikian arti dari peribahasa "Badan boleh dimiliki hati jangan". Semoga bermanfaat.
Berikut ini adalah puisi berjudul "Sajak Widuri Untuk Joki Tobing" yang dibuat oleh W.S. Rendra. "Sajak Widuri Untuk Joki Tobing" (Karya W.S. Rendra) Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir. Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba. Orang-orang miskin menentang kemelaratan. Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu, kerna wajahmu muncul dalam mimpiku. Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu karena...
Berikut ini adalah arti dari peribahasa “Bagai bunyi cempedak jatuh”. Artinya:Suara sesuatu yang jatuh dan keras bunyinya.FYI: Cempedak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti, yaitu pohon yang buahnya seperti nangka, tetapi dagingnya lebih lembek dan lebih harum baunya, Artocarpus integra. Demikian arti dari peribahasa "Bagai bunyi cempedak jatuh". Semoga bermanfaat.