Rendah Hati dan Berserah kepada Tuhan
Menggunakan kalimat “Insya Allah” adalah tanda rendah hati dan kesadaran kita bahwa akhirnya segala sesuatu tergantung pada kehendak Tuhan. Ketika kita berjanji dan menggunakan frasa “Insya Allah”, kita menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah atas kehendak dan kuasa Tuhan, bukan semata-mata hasil dari usaha atau kehendak kita sendiri. Dalam Islam, kepercayaan ini sangat penting karena mengajarkan kita untuk rendah hati dan mengakui bahwa kita hanyalah makhluk yang lemah di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ketika kita mengucapkan “Insya Allah” setelah berjanji, kita mengungkapkan kesadaran kita bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kendali penuh atas segala hal. Kita menyadari bahwa kehidupan ini penuh dengan ketidakpastian dan segala rencana atau usaha yang kita lakukan masih tetap bergantung pada kehendak Allah. Dengan demikian, frasa “Insya Allah” menjadi pengingat bagi kita untuk selalu rendah hati dalam menghadapi apa pun yang terjadi dalam hidup kita.
Sebagai contoh, saat seseorang berjanji untuk melakukan sesuatu di waktu tertentu, dia mungkin mengatakan, “Saya akan membantu Anda besok, Insya Allah.” Ucapan ini menunjukkan bahwa orang tersebut berkomitmen untuk membantu, tetapi tetap menyadari bahwa kemampuan dan kesuksesan mereka bergantung pada kehendak Tuhan. Dalam hal ini, “Insya Allah” bukan hanya sekadar harapan atau permohonan, tetapi juga pengakuan tulus bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan.
Ketika menggunakan frasa ini, kita juga menyadari betapa pentingnya konsep tawakal, yaitu berserah sepenuhnya kepada Tuhan dalam segala hal. Dengan berserah diri kepada Tuhan, kita melepaskan rasa ego dan keinginan kita sendiri serta menerima segala bentuk hasil yang Allah kehendaki. Dalam Islam, tawakal dipandang sebagai tindakan yang menunjukkan kepercayaan yang kuat kepada Allah, sekaligus menghilangkan kekhawatiran dan kegelisahan dalam menghadapi masa depan.
Frasa “Insya Allah” juga sering digunakan sebagai ungkapan kebesaran Allah dalam menyampaikan harapan, hasrat, atau cita-cita kita. Misalnya, ketika ada seseorang yang berharap untuk lulus ujian penting, dia mungkin berkata, “Saya akan berhasil, Insya Allah!” Ungkapan ini menunjukkan keyakinan dan harapan yang besar kepada Allah sebagai sumber kekuatan dan keberhasilan.
Perlu dicatat bahwa penggunaan frasa “Insya Allah” juga memiliki signifikansi etika dalam budaya Indonesia. Ungkapan ini menunjukkan bahwa kita tidak sekadar berjanji, tetapi juga mengingatkan kita untuk tidak sombong dan diperintah oleh kehendak yang lebih tinggi. Dengan demikian, frasa ini mempromosikan sikap rendah hati, ketulusan, dan kesadaran spiritual dalam tindakan dan perkataan kita sehari-hari.
Dalam rangka menyampaikan penghargaan terhadap Tuhan dan belajar untuk rendah hati, menggunakan frasa “Insya Allah” dalam berjanji menjadi sangat penting. Frasa ini membantu kita untuk terus mengingat bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan dan bahwa kita sebagai manusia hanya mampu berusaha sebaik-baiknya, sementara hasil akhirnya masih ditentukan oleh Tuhan. Oleh karena itu, dengan menggunakan frasa “Insya Allah” dalam berjanji, kita memperkuat rasa kesadaran spiritual dan kepasrahan diri kepada Tuhan dalam menjalani kehidupan ini.?